Navigasi Mobile

Rabu, 12 Maret 2014

Bai Fang Li si Orang Miskin yang Kaya

suzukijakarta1 - 17.12
 Bai Fang Li si OrangMiskin yang KayaNamanya BAI FANG LI, orang miskinyang pekerjaannya adalah tukangbecak. Seluruh hidupnya dihabiskandi atas sadel becaknya, mengayuhdan mengayuh untuk memberijasanya kepada orang yang naikbecaknya. Mengantarkan kemanasaja pelanggannyamenginginkannya, dengan imbalanuang sekedarnya.Tubuhnya tidaklah perkasa.Perawakannya malah tergolong keciluntuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya.Tetapi semangatnya luar biasa untukbekerja. Mulai jam enam pagisetelah melakukan rutinitasnyauntuk bersekutu dengan Tuhan. BaiFang Li melalang di jalanan, di atasbecaknya untuk mengantar parapelanggannya. Dan ia akanmengakhiri kerja kerasnya setelahjam delapan malam.Para pelanggannya sangat menyukaiBai Fang Li, karena ia pribadi yangramah dan senyum tak pernahlekang dari wajahnya. Dan ia takpernah mematok berapa orang harusmembayar jasanya. Namun karenakebaikan hatinya itu, banyak orangyang menggunakan jasanyamembayar lebih. Mungkin karenatidak tega, melihat bagaimana tubuhyang kecil malah tergolong ringkihitu dengan nafas yang ngos-ngosan(apalagi kalau jalanan mulaimenanjak) dan keringat bercucuranberusaha mengayuh becak tuanya.Bai Fang Li tinggal disebuah gubukreot yang nyaris sudah mau rubuh, didaerah yang tergolong kumuh,bersama dengan banyak tukangbecak, para penjual asongan danpemulung lainnya. Gubuk itupunbukan miliknya, karena iamenyewanya secara harian.Perlengkapan di gubuk itu sangatsederhana. Hanya ada sebuah tikartua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasamerebahkan tubuh penatnya setelahsepanjang hari mengayuh becak.Gubuk itu hanya merupakan saturuang kecil dimana Bai Fang Li biasamerebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamuyang butuh bantuannya, di ruang itujuga ada sebuah kotak dari kardusyang berisi beberapa baju tuamiliknya dan sebuah selimut tipistua yang telah bertambal-tambal.Ada sebuah piring seng comel yangmungkin diambilnya dari tempatsampah dimana biasa ia makan, adasebuah tempat minum dari kaleng.Di pojok ruangan tergantung sebuahlampu templok minyak tanah, lampuyang biasa dinyalakan untukmenerangi kegelapan di gubuk tuaitu bila malam telah menjelang.Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahubahwa ia seorang pendatang. Takada yang tahu apakah ia mempunyaisanak saudara sedarah. Tapinampaknya ia tak pernah merasasendirian, banyak orang yang sukapadanya, karena sifatnya yangmurah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolongorang yang membutuhkanbantuannya, dan itu dilakukannyadengan sukacita tanpamengharapkan pujian atau balasan.Dari penghasilan yang diperolehnyaselama seharian mengayuhbecaknya, sebenarnya ia mampuuntuk mendapatkan makanan danminuman yang layak untuk dirinyadan membeli pakaian yang cukupbagus untuk menggantikan bajutuanya yang hanya sepasang dansepatu bututnya yang sudah taklayak dipakai karena telah robek.Namun dia tidak melakukannya,karena semua uang hasilpenghasilannya disumbangkannyakepada sebuah Yayasan sederhanayang biasa mengurusi danmenyantuni sekitar 300 anak-anakyatim piatu miskin di Tianjin.Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolahyang ada.Hatinya sangat tersentuh ketikasuatu ketika ia baru beristirahatsetelah mengantar seorangpelanggannya. Ia menyaksikanseorang anak lelaki kurus berusiasekitar 6 tahun yang yang tengahmenawarkan jasa untuk mengangkatbarang seorang ibu yang baruberbelanja. Tubuh kecil itu nampaksempoyongan mengendong bebanberat di pundaknya, namun terusdengan semangat melakukantugasnya. Dan dengan kegembiraanyang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upahbeberapa uang recehan yangdiberikan oleh ibu itu, dan denganwajah menengadah ke langit bocahitu berguman, mungkin iamengucapkan syukur pada Tuhanuntuk rezeki yang diperolehnya hariitu.Beberapa kali ia perhatikan anaklelaki kecil itu menolong ibu-ibuyang berbelanja, dan menerima upahuang recehan. Kemudian ia lihatanak itu beranjak ke tempat sampah,mengais-ngais sampah, dan waktumenemukan sepotong roti kecil yangkotor, ia bersihkan kotoran itu, danmemasukkan roti itu ke mulutnya,menikmatinya dengan nikmat seolahitu makanan dari surga.Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu,ia hampiri anak lelaki itu, danberbagi makanannya dengan anaklelaki itu. Ia heran, mengapa anak itutak membeli makanan untuk dirinya,padahal uang yang diperolehnyacukup banyak, dan tak akan habisbila hanya untuk sekedar membelimakanan sederhana.“Uang yang saya dapat untuk makanadik-adik saya….,” jawab anak itu.“Orang tuamu dimana…?” tanya BaiFang Li.“Saya tidak tahu…., ayah ibu sayapemulung…. Tapi sejak sebulan lalusetelah mereka pergi memulung,mereka tidak pernah pulang lagi.Saya harus bekerja untuk mencarimakan untuk saya dan dua adik sayayang masih kecil…,” sahut anak itu.Bai Fang Li minta anak itumengantarnya melihat ke dua adikanak lelaki bernama Wang Ming itu.Hati Bai Fang Li semakin merintihmelihat kedua adik Wang Fing, duaanak perempuan kurus berumur 5tahun dan 4 tahun. Kedua anakperempuan itu nampak menyedihkansekali, kurus, kotor dengan pakaianyang compang camping.Bai Fang Li tidak menyalahkan kalautetangga ketiga anak itu tidak terlaluperduli dengan situasi dan keadaanketiga anak kecil yang tidak berdayaitu, karena memang mereka jugaterbelit dalam kemiskinan yangsangat parah, jangankan untukmengurus orang lain, mengurus dirimereka sendiri dan keluarga merekasaja mereka kesulitan.Bai Fang Li kemudian membawa ketiga anak itu ke Yayasan yang biasamenampung anak yatim piatu miskindi Tianjin. Pada pengurus yayasanitu Bai Fang Li mengatakan bahwa iasetiap hari akan mengantarkansemua penghasilannya untukmembantu anak-anak miskin ituagar mereka mendapatkan makanandan minuman yang layak danmendapatkan perawatan danpendidikan yang layak.Sejak saat itulah Bai Fang Limenghabiskan waktunya denganmengayuh becaknya mulai jam 6pagi sampai jam 8 malam denganpenuh semangat untuk mendapatkanuang. Dan seluruh uangpenghasilannya setelah dipotongsewa gubuknya dan membeli duapotong kue kismis untuk makansiangnya dan sepotong kecil dagingdan sebutir telur untuk makanmalamnya, seluruhnya iasumbangkan ke Yayasan yatim piatuitu. Untuk sahabat-sahabat kecilnyayang kekurangan.Ia merasa sangat bahagia sekalimelakukan semua itu, ditengahkesederhanaan dan keterbatasandirinya. Merupakan kemewahan luarbiasa bila ia beruntung mendapatkanpakaian rombeng yang masih cukuplayak untuk dikenakan di tempatpembuangan sampah. Hanya perlumenjahit sedikit yang tergoyakdengan kain yang berbeda warna.Mhmm… tapi masih cukup bagus…gumamnya senang.Bai Fang Li mengayuh becak tuanyaselama 365 hari setahun, tanpaperduli dengan cuaca yang silihberganti, di tengah badai salju turunyang membekukan tubuhnya ataudalam panas matahari yang sangatmenyengat membakar tubuhkurusnya.“Tidak apa-apa saya menderita,yang penting biarlah anak-anakyang miskin itu dapat makanan yanglayak dan dapat bersekolah. Dansaya bahagia melakukan semuaini…,” katanya bila orang-orangmenanyakan mengapa ia mauberkorban demikian besar untukorang lain tanpa perduli dengandirinya sendiri.Hari demi hari, bulan demi bulan dantahun demi tahun, sehingga hampir20 tahun Bai Fang Li menggenjotbecaknya demi memperoleh uanguntuk menambah donasinya padayayasan yatim piatu di Tianjin itu.Saat berusia 90 tahun, diamengantarkan tabungan terakhirnyasebesar RMB 500 (sekitar 650 riburupiah) yang disimpannya denganrapih dalam suatu kotak danmenyerahkannnya ke sekolah YaoHua.Bai Fang Li berkata “Saya sudahtidak dapat mengayuh becak lagi.Saya tidak dapat menyumbang lagi.Ini mungkin uang terakhir yang dapatsaya sumbangkan….,” katanyadengan sendu.Semua guru di sekolah itumenangis….Bai Fang Li wafat pada usia 93tahun, ia meninggal dalamkemiskinan. Sekalipun begitu, diatelah menyumbangkan disepanjanghidupnya uang sebesar RMB 350.000(kurs 1300, setara 455 juta rupiah,jika tidak salah) yang dia berikankepada Yayasan yatim piatu dansekolah-sekolah di Tianjin untukmenolong kurang lebih 300 anak-anak miskin .Foto terakhir yang orang punyamengenai dirinya adalah sebuah fotodirinya yang bertuliskan ”SebuahCinta yang istimewa untukseseorang yang luar biasa”.Bila SESEORANG yang miskinmenyumbang dari kekurangannya,maka ia adalah salah satuPENGHUNI SURGA yang diutus kedunia, yang mengajarkan kita untukselalu BERSYUKUR dan selaluBERBAGI kepada sesama.




http://adf.ly/fqTcy
Next
Editor's Choice